Tak semua anak mendapatkan kesempatan untuk bersekolah hingga mendapatkan gelar sarjana. Bahkan, masih banyak anak-anak yang duduk di jenjang sd, smp, dan sma yang putus sekolah karena orang tua mereka tak cukup membiayai. Mereka berharap ada uluran tangan yang membantu mewujudkan mimpinya kelak.
Foto Ibu Nova yang sedang bertemu dengan wali dan anak-anak yang dapat bantuan subsidi pendidikan. Sumber dari narasumber.
Setiap bulan anak-anak selalu mengunjungi rumah ibu di daerah Baktijaya, Kota Depok. Atau bertemu di Masjid Al-Hanif, masjid yang berada di komplek ibu tinggal. Kedatangan mereka selalu disambut Ibu dengan senyuman. Kemudian, ibu akan menyuruh kami untuk duduk dan bicara. Di depan mata mereka selalu ada kudapan yang bisa mereka cicipi bersama. Pada masa setelah ujian sekolah, anak-anak selalu diminta ibu untuk membawakan rapot untuk ibu periksa. Sebagai bukti apakah mereka telah belajar dengan baik. Pada setiap pertemuan, ibu akan menanyakan bagaimana kabar anak-anak, adakah masalah di sekolah, dan apakah mereka sudah belajar dengan baik di sekolah. Ibu selalu memberikan nasihat atau wejangan kepada anak-anak. Nasihat yang sering diucapkan ialah ‘Belajarlah dengan rajin, bekerja keras dan selalu meminta kepada Allah SWT.” Ibu selalu percaya bahwa semua anak berhak untuk bersekolah dan mewujudkan mimpi-mimpinya. Itu sebabnya, Ibu membantu anak yatim dan dhuafa untuk memenuhi pendidikan mereka.
Perkenalkan Ibu asuh para anak yatim dan dhuafa yang bernama Novayanti Chair. Beliau lahir di Jakarta, 26 November 1964. Lahir dari keluarga asli minangkabau dan ia merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara. Beliau sempat tinggal dan dibesarkan di Jakarta. Meraih gelar sarjana bimbingan konseling di Universitas Negeri Jakarta. Kini beliau menjadi seorang ibu rumah tangga dan telah memiliki tiga orang anak. Aksi beliau menjadi sukarelawan di lingkungan rumahnya patut untuk diacungi jempol.
Awal mula aksi ini dari kegiatan ramadhan di Masjid Al-Hanif pada tahun 2010 Ibu sering kali mengikuti kegiatan sukarelawan. Karena kepekaannya pada lingkungan sekitarnya. Pada kegiatan tersebut ibu dan tetangga lainnya menjadi panitia dari rangkaian acara ramadhan yaitu acara mendongeng untuk anak-anak, acara buka puasa bersama, acara untuk anak remaja dan penggalangan dana. Pada acara buka puasa bersama panitia mengundang anak yatim dan dhuafa untuk memberikan santunan. Seusai rangkaian acara ramadhan berakhir. Uang dari penggalangan dana terkumpul sebesar 4,5 juta. Panitia berpikir memberikan uang tersebut kepada anak yatim dan dhuafa untuk biaya pendidikan. Dari kepanitian tersebut, 4 orang beralih bertanggung jawab dalam mengurus dan memberikan subsidi pendidikan untuk anak yatim. Salah satunya adalah Ibu Nova. Suatu hari, ia menemukan anak telah putus sekolah dan ia ingin melanjutkan pendidikannya kembali. Awalnya ibu dan pengurus lainnya hanya memberikan uang sumbangan kepada anak tersebut. Namun sampai anak tersebut mengikuti ujian nasional (UN), rupanya anak tersebut telah mogok sekolah karena masalah psikologis. Akhirnya dana yang diberikan diberhentikan oleh para pengurus.
Dari kegagalan tersebut, Ibu dan pengurus lainnya merasa bahwa perlunya bimbingan dan pengawasan kepada anak yang diberikan uang sumbangan pendidikan. Sehingga ada seleksi untuk anak yatim dan dhuafa yang ingin diberikan dana sumbangan pendidikan. Persyaratannya ialah memberikan akte, kartu keluarga (KK), dan rapot. Pada tahun 2014, sudah ada 7-8 orang yang dibantu dan dibina. Kemudian, ada persyaratan bahwa setiap keluarga hanya diberikan kepada 1 orang anak. Tujuannya agar semua keluarga mendapat bantuan yang merata.Lambat laun, pengurus lain sudah tidak bisa mendampingi anak-anak lagi dan pindah rumah satu-persatu. Sejak tahun 2017, Ibu menjadi penanggung jawab subsidi pendidikan untuk anak yatim dan dhuafa sendirian. Terkadang ibu dibantu oleh tetangganya yang bernama Ibu Niniek dan pengurus masjid. Pada tahun ini, ibu telah membantu 22 orang anak yatim dan dhuafa.
Foto anak yatim dan dhuafa yang sedang dikumpulkan di Masjid Al-Hanif. Foto ini dari berkas proposal yang diberikan oleh narasumber.
Tidak semua uang donasi kegiatan sukarelawan ini dari uang pribadi Ibu, sebagian besar didapatkan dari donatur yang merupakan orang-orang terdekat Ibu yakni keluarga, teman, dan tetangga di kompleknya yang selalu memberikan uang setiap bulan. Selain itu, dana juga didapatkan dari kotak amal khusus anak yatim dan dhuafa yang berada di Masjid Al Hanif. Ibu dan anak-anak bersyukur bahwa uang tersebut dapat mencukupi biaya dan keperluan sekolah. Setiap jenjang pendidikan mendapatkan uang sumbangan yang berbeda-beda. Anak-anak yang sekolah pada jenjang SD akan mendapatkan uang sebesar 100 ribu, SMP mendapatkan uang sebesar 150 ribu, dan SMK atau SMA mendapatkan uang sebesar 250 ribu. Mungkin menurut kita uang tersebut sangat kecil. Namun, dimata mereka uang tersebut sangat berarti walaupun tidak menutupi biaya spp perbulannya. Bagi mereka ini bantuan yang dapat mengubah nasib mereka. Bagi anak yang berprestasi dan meraih ranking tiga besar akan mendapatkan uang tambahan uang sebesar 50.000 perbulan selama 1 semeser. Hal ini sebagai reward untuk mereka yang telah mendapatkan prestasi di sekolah dan memotivasi mereka agar dapat belajar lebih giat. Untuk mendapatkan uang tersebut, mereka harus meminta keterangan ranking di sekolah sebagai bukti telah meraih prestasi. Tahun ini sudah ada 3 anak yang mendapatkan reward tersebut.
Ibu nova yang memiliki sifat yang keibuan, peka, empati dan memiliki basic pendidikan yaitu bimbingan konseling. Mampu mendampingi anak-anak mengejar mimpinya. Perannya yakni mengarahkan mereka untuk mengetahui apa potensi diri mereka miliki. Membantu meningkatkan prestasi dan mereka mengetahui pilihan mereka di masa depan. Memotivasi mereka dalam belajar agar dapat sukses dikemudian hari. Selain itu, komunikasi yang dimiliki Ibu Nova yang baik dengan wali dan anak-anak. Diman ibu mengadakan pertemuan dan memiliki grup bersama wali dan anak-anak, membuat mereka percaya bahwa mereka memiliki kesempatan yang sama seperti anak-anak lainnya.
Salah satu anak yang mendapatkan bantuan dari Ibu ialah Shania Nida. Tahun ini, ia akan lulus dari Jurusan Teknologi Rekayasa di SMK Harapan Bangsa. Setelah lulus ia akan bekerja untuk membantu ekonomi keluarganya dan akan mengumpulkan uang untuk melanjutkan kuliahnya. Suatu hari nanti ia ingin menjadi seorang entrepreneur muda yang sukses. Kini, ia tinggal bersama ibu dan kakak perempuannya, ayahnya sudah lama tiada. Saat, ia masih SMP, seorang laki-laki datang kediaman keluarganya untuk menawarkan subsidi pendidikan. Laki-laki tersebut bernama Pak Mukhlisin, beliau adalah salah satu pengurus masjid yang membantu Ibu. Sesuai peraturan yang ada, satu keluarga hanya mendapatkan dana subsidi untuk 1 anak. Maka kakaknya Shania yang mendapatkan dana tersebut lebih dahulu. Saat Shania telah duduk di bangku kelas 2 SMK, ia baru menerima bantuan pendidikan. Di matanya Ibu Nova layaknya ibu sendiri, penyayang, dan ramah. Ia selalu teringat nasehat bahwa ia harus terus bekerja keras, setelah lulus harus bisa hidup mandiri agar bisa membantu perekonomian keluarga.
Ibu merasa ini sebagai tanggung jawab umat, jika ia mundur dari penanggung jawaban (PJ) subsidi pendidikan ini, tujuan awalnya yang ingin mencerdaskan anak-anak yatim dan dhuafa tidak akan tercapai. Ia sudah menganggap anak yatim dan dhuafa sebagai anak sendiri. Layaknya ibu yang ingin melihat anaknya meraih prestasi, hidup dengan mandiri dan juga bekerja di masa depan. Suatu hari nanti, ia ingin melihat anak-anak dapat mengaplikasikan semua nasihatnya dan menjadi sukses diluar sana. Baginya hal tersebut adalah kebahagian tersendiri yang tidak bisa digambarkan.
“And by the way, everything in life is writable about if you have the outgoing guts to do it, and the imagination to improvise. The worst enemy to creativity is self-doubt.”